Minggu, 16 November 2008

ayam bakar VS nasi goreng

Memories of 15 Nopember 2008,

Di suatu malam (malam minggu) dingin disertai hujan (tanpa angin), perutku mulai bersiul menginginkan inputan. Aku sudah berada di kamar kos ku waktu itu. Sembari menyelesaikan membaca Libido Junkie dan mendengarkan sedikit obrolan anak kosan yang ada di di ruang tengah berhiaskan tayangan sinetron (yang menurutku nggak oke),walaupun kadang hatiku tergugah. Penasaran melihat tayangan tersebut. Aku memutar otak cara untuk mendapatkan makanan. Kulihat dompetku...hmmm kira-kira masih adah satu lembar biru, satu lembar merah (sepuluhribuan),satu lembar coklat serta koin limaratusan. Kurencanakan, makan malam ini hanya enam ribu saja. Seketika, kuketik sms pesanan ke salah satu warung dekat kosku

‘bu..pesen ayam bakar.nasi setengah aja.dianter ke p.Oleh ya..makasih’

Kira-kira begitu isi pesan singkatku...kuharap pesananku cepat datang. Sebenarnya ada sedikit keraguan dalam benakku. Warung si ibu itu buka atau nggak. Tapi, berhubung perutku sudah tidak mau berkompromi langsung saja kuluncurkan pesan singkat itu. Aku menunggu tidak lama, belum ada laporan di telepon selular ku yang menyatakan message sent . Gara-gara perutku..aku berpikir mungkin si ibu itu tidak jualan hari ini. Kuputuskan dengan cepat mengirimkan sms ke warung lain.

‘pak..pesen nasi goreng 1.telornya diceplok y...dianter k PGA 54.ok. -dika’

Begitulah isi pesan singkatku. Memang aku sudah cukup akrab dengan si bapak tukang nasi goreng dekat kos ku. Sebenarnya nggak hanya jual nasi goreng saja. Ada kwetiau,cap cay,mie goreng ataupun rebus...(kok jadi promosi).

Kuteruskan kembali membaca. Aku juga sempat mampir ke kamar sebelah, lagi pengen baca Sang Pemimpi. Actually, i’m not laskar pelangi addict. Tapi, waktu udah nonton filmya..rame juga. Akhirnya mulai deh aku coba membaca Laskar Pelangi walaupun aku loncat-loncat membacanya. Terus jadi penasaran juga sama sekuelnya. Udah pinjam dari lama, tapi belum sempat dibaca. Aku ini memang tidak hobi membaca sepertinya. Oh,iya saat itu aku masih dalam keadaan lapar dan menanti nasi goreng cepat datang. Waktu habis mengambil Sang Pemimpi, aku dikejutkan oleh suara nyaring dari lantai bawah (kamar kosku di lantai 2) “Ayam Bakar!!” sempat diulang beberapa kali. Aku jawab “ Ya...bentar...”. Dengan langkah tergopoh aku menuruni tangga. Oh...tidak!ternyata pesan pertamaku terkirim dan aku sudah tidak mungkin lagi mengelak dari ayam bakar itu. Aku berikan uang sepuluhribuan kepada si pengantar ayam bakar. “Neng, ada yang kecil nggak?” What? Yang kecil? Perasaan semua uang itu ukurannya sama ya...kok pake mencari yang kecil segala. Lalu aku jawab “waduh,nggak a...” belum sempat aku selesaikan kata-kataku, aku melihat sesosok pria yang membawa tas kresek (warna hitam euy) berjalan ke arahku dan... “Mbak, nasi goreng?” Oh..aku mempunyai dua porsi makan malam saat itu.Bagaikan punya dua pacar yang secara bersamaan mendatangiku (jelas cuma ilusi). Kuberikan uang sepuluhribuan itu ke mas pembawa nasi goreng. Kuterima kembalian empat lembar ribuan. Kurogoh dompetku,kuambil selembar uang coklat ditambah selembar ribuan yang aku terima tadi lalu kuserahkan pada si pengantar ayam bakar. Duniaku serasa hancur lebur (lebay sih). Rencana gagal total.GAGAL! dari enam ribu jadi dua belas ribu. Jelas jauh dari perkiraan. Aku juga dilanda kebingungan. Gimana bisa makan sekaligus dua porsi begini. Aku memang rakus, tapi kalau begini caranya bisa gendut plus kere diriku. Akhirnya, kuputuskan makan semuanya malam itu juga. Kuhabiskan ayam bakar dan nasi dengan lahap, karena memang sudah dari tadi nafsu makanku membuncah. Selesai itu, kutatap pelan tas kresek hitam berisi nasi goreng itu. Mampukah aku bergelut menghabiskannya. “ Udah Dik, buat besok pagi aja!” saran dari salah satu sesepuh kos ku. Tapi, kuperjelas lagi. Aku akan menghabiskan malam itu juga. Telor ceplok dalam nasi goreng itu habis. Eh,nggak juga..kuning telornya tersisa. Aku tidak suka kuning telor (yang setengah matang). Waktu itu, kuning telornya tidak matang. Jadi kubiarkan tercecer saja. How about the rice,eh the fried rice? Masih sisa dikit. Kubuang saja lah (maaf ibu aku mubadzir). Daripada menyiksa perutku yang sudah menggembung ini. Kumulai lanjutkan lagi membacaku walaupun jadi nggak mood. Sampai akhirnya aku menulis tulisan ini.

0 comments: